FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI LAJU RESPIRASI PADA HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA
Arina
Firdausi Nur Ardhan
150210103102
Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
Jln
Kalimantan No. 37 Kampus Tegalboto Jember Jawa Timur 68121
ABSTRAK
Sistem
pernafasan merupakan sistem yang
digunakan untuk pertukaran gas dalam makhluk hidup. Semua pernafasan
bertanggung jawab untuk memberikan cukup oksigen ke semua sel tubuh dan
kegiatan bernafas yang dilakukan oleh setiap makhluk hidup ini bertujuan untuk
menghilangkan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sebagai produk
ilmiah sistem respirasi seluler. Dari sebagian uraian mengenai pernafasan
tersebut, percobaan ini juga bertujuan untuk membuktikan bahwa resprasi
membutuhkan oksigen dan bertujuan untuk menghitung kecepatan penggunaan O2
dalam proses respirasi beberapa macam hewan. Percobaan ini menggunakan
beberapa jenis hewan baik vertebrata maupun invertebrata sebagai bahan yang
akan diuji-cobakan, yakni jangkrik, belalang, cacing dan cicak. Selain itu,
beberapa bahan yang turut berperan dalam percobaan ini yaitu NaOH kristal,
vaselin, kapas, plastisin dan eusin. Sedangkan alat yang digunakan yakni
respirometer, beker glass, pipet, pencatat waktu (stopwatch) dan timbangan
analitik. Metode yang dipakai untuk mengamati kecepatan penggunaan oksigen ini
dengan cara memasukkan satu jenis hewan kedalam tabung respirometer yang
sebelumnya telah diberi vaselin dan
telah diberi NaOH kristal didalamnya. Untuk mengamati laju frekuensi
pernafasan di masing-masing hewan tersebut, tabung respirometer ditutup dengan
pipa kapiler dengan posisi horisontal, lalu ditetesi eusin di ujung pipa
kapiler sebanyak satu tetes. Kemudian dilakukan pengamatan dan diukur gerakan
eusin tiap satu menit selama sepuluh kali. Dapat disumpulkan bahwa kebutuhan
volume oksigen tiap hewan berbeda-beda, begitupun dengan laju respirasinya.
Laju respirasi merupakan kebutuhan tiap sel untuk bernafas, mengalami perbedaan
dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah berat hewan yang digunakan
pengamatan.
Kata
kunci : respirasi, sistem pernafasan, oksigen
PENDAHULUAN
Pertukaran gas dapat terlihat di
dalam struktur permukaan respirasi, yaitu bagian dari tubuh hewan tempat
terjadinya pertukaran gas. Semua sel-sel yang melakukan pertukaran gas memiliki
membran plasma yang harus bersentuhan dengan larutan berair. Oleh karena itu
permukaan respirasi selalu lembap (Campbell, 2008: 74).
Pernafasan merupakan pertukaran
O2 dan CO2 antara sel-sel tubuh dengan lingkungan.
Pernafasan juga merupakan peristiwa menghirupdari bagian yang mengandung O2
dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh.
Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan menghembuskan
udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi (Setiadi,2007:40).
Respirasi merupakan proses metabolisme
utama dari perombakan produk yang berujuan untuk memecah substrat organik
oksidatif menjadi molekul sederhana seperti karbondioksida air dan oksigen.
Tingkat respirasi bergantung pada lingkungan yang dimilikinya, khususnya
komposisi gas, kelembapan relatif dan suhu. Respirasi digunakan untuk
menghasilkan energi yang diperlukan untuk aktivitas hidup seperti mengatur suhu
tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi (Fagundes, 2013).
Fungsi utama dari sistem
pernafasan adalah pertukaran gas, sistem pernafasan memungkinkan oksigen di
udara masuk ke dalam darah dan karbondioksida keluar dari darah ke udara.
Sistem kardiovaskuler mengirim oksigen dari paru-paru ke sel-sel dalam tubuh
dan karbondioksida dari sel-sel dalam tubuh ke paru-paru. Mengatur pH darah,
yang bisa diubahdengan mengubah kadar karbon dioksida darah. Produksi suara
ketika udara bergerak melewati pita suara untuk bersuara dan berbicara.
Olfaksi, atau indera penciuman, berlangsung sewaktumolekul di udara tertarik ke
dalam rongga hidung. Mengaktifkan kekebalan, memberikan perlindungan terhadap
beberapa organisme mikro dengan mencegah masuknya mereka ke dalam tubuh atau
dengan menyingkirkannya dari permukaan pernafasan (Balaban, 2014).
Selain itu pula, beberapa fungsi
pernafasan yang penting adalah mengambil O2 yang kemudian dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran dan mengeluarkan CO2
yang terjadi sebagai sisa pembakaran kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang (Setiadi,2007:40).
Manusia membutuhkan kelangsungan
penyediaan oksigen untuk respirasi seluler dan menyingkirkan kelebihan karbon
dioksida, produk limbanh beracun dari proses metabolisme tubuh. Pertukaran gas
mendukung respirasi selulerini dengan terus-menerus agar memasok oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida.
Dalam masa kehidupan organisme,
organ pernafasan beradaptasi dalam berbagai cara untuk mengatur penggunaan
oksigendalam hipoksia dan membatasi serapan pada hipoksia. Dalam konteks
evolusioner, spesies tertentu juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan atau
kebutuhan organisme biasa (Hsia, 2013).
Respirasi eksternal adalah pertukaran
oksigen dan karbon dioksida antara paru-paru dan darah di kapiler paru melalui
cairan interstitial. Sedangkan respirasi internal adalh pertukaran oksigen dan
karbon dioksida antara darah dalam kapiler sitemik dan sel-sel melalui cairan
intertitial. Karena sel-sel metabolisme terus-menerus mengkonsumsi oksigen dan
menghasilkan karbon dioksida, konsentrasi oksigen akan lebih rendah dan
konsentrasi karbon dioksida akan lebih tinggi dari pada yang ada di dalam darah
arteri menuju sel sementara karbon dioksida berdifusi jauh dari sel menuju
darah (Majumder,2015).
Mekanisme respirasi (pernafasan) yaitu paru-paru
tertutup oleh vertebra toraks, otot-otot pernafasan dan diafragma. Satu-satunya
alat komunikasi antara paru-paru dan lingkungan eksternal. Untuk udara di
paru-paru harus diubah ada inflow dan outflow alternatif dari udara melalui
saluran guna melakukan mekanisme menuju
dan dari alveoli. Aliran udara, seperti aliran cairan, membutuhkan tekanan
untuk daerah tekanan rendah. Karena atmosfer relatif konstan, penciptaan
gradien tekanan tergantung pada tekanan intrapulmonic menjadi bergantian rendah
dan lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Hal ini dilakukan dengan mengubah
ukuran (volume) dari rongga dada dan akibatnya tekanan intrapulmonic. Hal ini
dicapai melalui aksi gabungan dari otot-otot pernapasan utama, diafragma dan
interkostalis eksternal ketika tekanan dada diturunkan, dan tekanan pada
paru-paru menurun sebaliknya. Ketika volume toraks berkurang, tekanan
intrathoracic dinaikkan, dan tekanan pada paru-paru meningkat (Majumder,2015).
Respirasi (pernafasan) bertujuan untuk memasukkan oksigen (O2) dan karbon
dioksida
(CO2)
pertukaran, ionoregulation, keseimbangan asam-basa, ekskresi amonia,
keseimbangan air, hormon
produksi, aktivasi /
inaktivasi beredar metabolit dan pertahanan kekebalan. Penyerapan oksigen
terjadi oleh sederhana difusi seperti halnya sebagian besar pengeluaran CO2
(Brauner, 2017).
Untuk mencapai
kesesuaian atau keterjagaann dalam pengamatan pernafasan, banyak peneliti
menggunakan ventilasi mekanis (MV) untuk mengendalikan siklus prnaasan.
Penggunaan ventilasi mekanis memastikan bahwa pola pernafasannya stabil, dengan
setiap nafasnya hampr identik sepanjang pemindaian (Ford, et al, 2016).
METODE
PENELITIAN
Setiap
makhluk hidup melakukan respirasi yang membutuhkan oksigen. Oksigen merupakan
salah satu kebutuhan paling penting dalam kehidupan makhluk hidup, oksigen pula
yang paling dibutuhkan dalam respirasi. Fungsi dari respirasi sendiri yakni
untuk menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam
darah suatu makhluk hidup. Dari uraian singkat tersebut, maka perlu kiranya ada
pengatamatan yang berkaitan dengan respirasi. Agar dapat diketahui bagaimana
respirasi yang ada di setiap makhluk hidup dan bagaimana perbedaannya antara
makhluk vertebrata (cicak) dan hewan invertebrata (jangkrik, belalang, dan
cacing tanah).
Percobaan ini
merupakan pengamatan tentang aktivitas respirasi yaitu kecepatan penggunaan
oksigen dalam respirasi hewan yang bertujuan untuk membuktikan bahwa respirasi
membutuhkan oksigen dan juga menghitng kecepatan penggunaan O2 dalam
proses respirasi beberapa macam hewan.
Dalam
pengamatan ini terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan guna mendapatkan
hasil yang diinginkan. Beberapa alat yang perlu dipersiapkan yakni
respirometer, beker glass, pipet, pencatat waktu (stopwatch) dan timbangan
analitk. Respirometer berupa tabung respirometer dan pipet kapiler. Kegunaan dari
respirometer untuk mengukur rata-rata pernapasan organisme
dengan mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Pencatat
waktu (stopwatch) untuk menghitung waktu perpindahan cairan eusin yang berada
di pipet kapiler tiap satu menit selama sepuluh kali. Timbangan analitik
berfungsi untuk mengukur berat dari tabung respirometer, berat hewan percobaan.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu beberapa hewan seperti belalang, cacing
tanah, cicak dan dan jangkrik, KOH/NaOH kristal, vaselin dan eusin, kapas dan
plastisin. NaOH kristal yang telah dibungkus oleh kapas akan dimasukkan kedalam
tabung respirometer sebelum hewan uji dimasukkan. Mulut tabung akan diolesi dengan vaselin. Kemudian fungsi dari
plastisin yaitu menutup bagian antara mulut tabung kapiler dengan pipet kapiler
agar tidak terdapat udara yang masuk. Sedangkan fungsi dari eusin untuk
mengetahui seberapa besar laju respirasi dari masing-masing hewan tersebut.
Prosedur
kerja yang telah dilakukan dimulai dengan menimbang berat dari tabung respirasi
tanpa hewan uji didalamnya. Setelah didapatkan berat dari tabung, kemudian
memasukkan hewan uji didalam tabung dan ditimbang lagi guna mendapatkan berat
dari hewan uji. NaOH kristal yang telah dibungkus oleh kapas dimasukkan
terlebih dahulu ke dalam tabung respirometer diikuti dengan hewan uji. Kemudian
tabung respirometer ditutup dengan pipa kapiler yang sebelumnya mulut tabung
telah diolesi dengan vaselin. Setelah tertutup, bagian yang menghubungkan
antara mulut tabung dengan pipa kapiler diberi plastisin. Hal ini bertujuan
agar tidak terdapat udara dari luar yang masuk kedalam. Meletakkan respirometer
dlam posisi horisontal. Setelah itu memasukkan dengan cara meneteskan cairan
eusin ke dalam ujung pipa kapier dengan menggunakan pipet sebanyak satu tetes.
Bersamaan dengan menetekan cairan eusin ke dalam pipa, stopwatch yang digunakan
untuk mengukur waktu juga ikut diaktifkan. Setiap satu menit selama sepuluh
kali harus diamati dan diukur pergerakan eusin tersebut. Memasukkan data
pergerakan eusin tersebut ke dalam tabel hasil pengamatan dan menghitung
kecepatan penggunaan oksigen tiap menit hewan yang diuji tersbut.
Hewan
uji yang digunakan oleh kelompok satu dengan kelompok lima sama yakni jangkrik
dengan berat yang sama yakni 0.4, namun akan menunjukkan laju respirasi yang berbeda.
Kelompok dua menggunakan hewan uji belalang, kelompok tiga menggunakan hewan uji
cacing tanah dan pada kelompok empat menggunakan hewan uji cicak.
Setelah
selesai menghitung pergerakan eusin sebanyak sepuluh kali setiap satu menit,
akan dihitung rumus X (volume) yaitu ml/menit dan juga menghitung laju
respirasi untuk tiap hewan uji dengan cara hasil dari X dibagi dengan berat
(X/berat). X mengindikasikan banyaknya oksigen dan laju respirasi merupakan
kebutuhan tiap sel untuk bernafas karena dibagi dengan berat hewan uji yang
digunakan.
Dari
perhitungan tersebut akan diperoleh hasil yang berbeda antar jenis hewan uji
yang telah digunakan baik volume maupun laju respirasinya. Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor yang turut mempengaruhinya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tersebut akan dibahas di poin selanjutnya yaitu di Hasil dan
Pembahasan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
No
|
Hewan
|
Berat
|
Menit ke
|
X
|
Laju respirasi
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||||
1
|
Jangkrik
|
0.4
|
0.04
|
0.11
|
0.17
|
0.24
|
0.28
|
0.34
|
0.38
|
0.41
|
0.43
|
0.46
|
0.046
|
0.115
|
2
|
Belalang
|
3.3
|
0.20
|
0.36
|
0.48
|
0.59
|
0.69
|
0.78
|
0.83
|
0.84
|
0.9
|
0.1
|
0.03
|
|
3
|
Cacing
|
0.4
|
0.1
|
0.2
|
0.28
|
0.34
|
0.4
|
0.44
|
0.47
|
0.51
|
0.54
|
0.57
|
0.057
|
0.14
|
4
|
Cicak
|
4
|
0.13
|
0.25
|
0.36
|
0.47
|
0.57
|
0.65
|
0.73
|
0.79
|
0.098
|
0.025
|
||
5
|
Jangkrik
|
0.4
|
0.1
|
0.2
|
0.3
|
0.35
|
0.4
|
0.44
|
0.47
|
0.5
|
0.54
|
0.56
|
0.056
|
0.14
|
Data
hasil pengamatan yang diperoleh masing-masing kelompok dapat diamati di tabel
pengamatan dibawah ini.
Tabel di atas merupakan tabel
kecepatan penggunaan oksigen untuk masing-masing hewan. Berdasarkan tabel
tersebut dapat diamati bahwa setiap hewan memiliki kapasitas sendiri dalam
melakukan proses respirasi. Misalnya cicak dan cacing akan memiliki perbedaan
yang terlihat jelas, hal ini dikarenakan cicak memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar dibandingkan cacing. Semakin besar berat tubuh suatu hewan, maka akan
membutuhkan oksigen yang lebih besar dalam
respirasi.
Dari tabel di atas, terdapat 4
jenis hewan yang digunakan sebagai bahan
percobaan. Pada kelompok 1, menggunakan jangkrik sebagai hewan uji, dengan
beratnya sebesar 0.4. Menit 1 pergerakan eusin menunjukkan skala 0.04, menit 2
hingga 10 berturut-turut menunjukkan skala sebesar 0.11, 0.17, 0.2, 0.28, 0.34,
0.38, 0.41, 0.43, 0.46. Begitupun dengan kelompok 5 juga menggunakan jangkrik
sebagai hewan uji dalam percobaan ini. Memiliki berat yang sama yaitu 0.4,
tetapi memiliki laju respirasi yang berbeda. Menit 1 menunjukkan skala sebesar
0.1, menit 2 sebesar 0.2, menit 3 sebesar 0.3, menit 4 sebesar 0.35, menit 5
hingga 10 berturut-turut sebesar 0.4, 0.44, 0.47, 0.5, 0.54 dan 0.56.
Kelompok 2 menggunakan belalang
dengan berat sebesar 3.3. kecepatan laju respirasi dari belalang ini
menunjukkan perbedaan dari jangkrik yang telah dideskripsikan sebelumnya, pada
belalang ini hanya sampai ke menit 9, eusin yang digunakan telah habis di menit
tersebut. Menit
1 hingga
menit 9 menunjukkan angka sebesar 0.20, 0.36, 0.48, 0.59, 0.69, 0.78, 0.83,
0.84 dan 0.9. Kelompok 3 menggunakan hewan cacing dengan beratnya sebesar 0.4.
cacing inilah yang paling kecil dalam laju respirasinya. Dari menit 1 hingga 10
berturut-turut menunjukkan angka sebesar 0.1, 0.2, 0.28, 0.34, 0.4, 0.44, 0.47,
0.51, 0.54 dan 0.57.
Kelompok yang terkahir yaitu
kelompok 4 menggunakan hewan uji yaitu cicak. Beratnya mencapai 4. Pada cicak
inilah yang paling banyak dalam laju respirasinya, dapat diamati di menit 9 dan
10 tidak terdapat pergerakan eusin lagi. Dari menit 1 hingga 8 dapat dilihat
pergerakan eusinnya menunjukkan angka 0.13, 0.5, 0.36, 0.47, 0.57, 0.65, 0.73
dan 0.79.
Perbedaan kecepatan penggunaan
oksigen pada masing-masing hewan sangat terlihat jelas, hewan yang paling cepat
dalam penggunaan oksigen adalah cicak, karena pada menit 8 eusin yang digunakan
sebagai pengukur telah habis.
Dari tabel di atas, terdapat X (volume) yang
mengindikasikan kebutuhan oksigen masing-masing hewan. Untuk jangkrik di
kelompok 1 mebutuhkan oksigen sebesar 0.046, belalang membutuhkan oksigen
sebesar 0.1, cacing membutuhkan oksigen sebesar 0.057, cicak membutuhkan
oksigen sebesar 0.098 dan jangkrik di kelompok 5 membutuhkan oksigen sebesar
0.056.
Terdapat pula tabel laju respirasi, yang
menunjukkan kebutuhan tiap sel dari masing-masing hewan untuk bernafas karena
pada laju respirasi ini dibagi dengan berat tubuh hewan tersebut. Jangkrik di
kelompok 1, laju respirasi sebesar 0.115, belalang sebesar 0.03, cacing sebesar
0.14, cicak sebesar 0.025 dan jangkrik di kelompok 5 membutuhkan oksigen untuk
tiap selnya sebesar 0.14.
Beberapa bahan yang digunakan dalam
percobaan transpirasi ini adalah NaOH, vaselin, plastisin dan eosin. Masing-masing
bahan tersebut memiliki fungsi tersendiri. Kristal NaOh berperan sebagai pengikat
CO2, sehingga pergerakan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh
konsumsi oksigen saja. Selain NaOH, dapat pula menggunakan KOH yang digunakan
sebagai pengikat CO2.
Peranan vaselin, diharapkan agar tidak
terjadi pertukaran udara. Supaya udara yang terdapat di dalam tabung tidak ada
yang keluar begitupun dengan udara yang ada di luar agar tidak ada yang masuk.
Karena apabila terjadi pertukaran udara akan menyebabkan data yang diperoleh
tidak valid.
Plastisin sebagai pelapis bagian luar dari
respirometer agar tidak ada udara yang masuk kedalam tabung respirometer,
sehingga tidak mengganggu proses jalannya pengamatan.
Eosin dimasukkan kedalam pipa kapiler
bertujuan sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan pada
respirometer. Eosin digunakan sebagai penanda
laju pernapasan karena eosin akan terus bergerak setiap menit.
Banyak faktor yang
mempengaruhi respirasi pada hewan
vertebrata maupun invertebrata yaitu faktor berat badan dimana
semakin berat badan suatu hewan yang diuji, maka oksigen yang di butuhkan juga
akan semakin banyak. Hal ini berkaitan dengan
proses metabolismenya. Semakin besar beratnya, metabolisme juga akan
turut naik.
Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah
umur. Semakin banyak umurnya/tua oksigen yang di gunakan oleh tubuh akan
semakin sedikit, ini di karenakan metabolisme tubuh tidak secepat saat masih
muda.
Faktor lainnya adalah posisi dan kegiatan
tubuh/ aktivitas tubuh dimana semakin banyak kegiatan yang di lakukan maka
respirasi akan meningkat di karenakan suatu hewan membutuhkan energi yang lebih
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berat, akan tetapi jika kita jarang
melakukan aktivitas atau hanya melakukan aktivitas ringan maka kita tidak
membutuhkan energi yang banyak sehingga laju respirasi menurun. Kemudian
respirasi juga di pengaruhi oleh posisi tubuh ketika tubuh dalam posisi
telentang tidur respirasi yang di butuhkan berkurang karena kita tidak
melakukan apapun dan tidak membutuhkan energi untuk telentang, akan tetapi
apabila dalam posisi berdiri maka respirasi akan meningkat di karenakan
membutuhkan energi untuk berdiri.
Faktor terakhir yang mempengaruhi laju
respirasi yaitu jenis kelamin. Hewan yang berkelamin jantan akan cenderung
membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan yang betina.
Oksigen yang masuk dalam tubuh hanya
sedikit, yang dapat disimpan dalam tubuh yaitu berupa oksimioglobin (dalam
otot) dan sebagai oksihaemoglobin (dalam darah). Frekuensi pernafasan berkisar
antara 13-18/menit. Frekuensi pernafasan tersebut dipengaruhi oleh:
a.
Umur
b.
Jenis kelamin
c.
Posisi tubuh
d. Kegiatan
tubuh.
KESIMPULAN
Respirasi pada hewan membutuhkan oksigen, hal
ini dapat dibuktikan dengan pengamatan menggunakan respirometer. Diamati dengan
melihat perubahan laju eosin selama 10 menit dan diukur setiap satu menit.
Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan laju
respirasi suatu hewan, yaitu
a.
faktor berat badan dimana
semakin berat badan suatu hewan yang diuji, maka oksigen yang di butuhkan juga
akan semakin banyak.
b. Umur.
Semakin banyak umurnya/tua oksigen yang di gunakan oleh tubuh akan semakin
sedikit, ini di karenakan metabolisme tubuh tidak secepat saat masih muda.
c.
Posisi dan kegiatan tubuh/ aktivitas tubuh
dimana semakin banyak kegiatan yang di lakukan maka respirasi akan meningkat di
karenakan suatu hewan membutuhkan energi yang lebih untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang berat
d. Jenis
kelamin. Hewan yang berkelamin jantan akan cenderung membutuhkan oksigen lebih
banyak dibandingkan yang betina.
SARAN
Diperlukan
ketelitian yang lebih lagi bagi praktikan ketika membaca skala respirometer.
DAFTAR PUSTAKA
Balaban,
Naomi E, James E. Bobick. 2014. Eri Ilmu
Pengetahuan Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: Permata Puri Media.
Brauner, Colin J. Peter J. Rombough.
2012. Ontogeny and paleophysiology of the
gill:New insights from larval and air-breathing fish. Respiratory Physiology&Neurobiology Journal Vol.184: 293-300.
Campbell,
Reece, et al. 2008. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Fagundes, Cristiane,
Bruno Augusto Mattar Carciofi, Alcilene Rodrigies Monteiro. 2013. Estimate of
Respiration rate and physicochemical changes of frech-cut apples stor. Journal Food Science and Technology Vol.
33 (1): 60-67.
Ford, Nancy
L, et al. 2016. A respiratory-gated micro-CT comparison of respiratory
patternsd in free-breathing and mechanically ventilated rats. Physiological Reports Journal Vol 5(2).
Hsia, Connie
C. W.J. Anke Schmitz Markus Lambertz, Steven F. Perry and John N. Maina. 2013.
Evolution of Air Breathing Oxygen Homeostasis and The Transitions From Water to
Land and Sky. Compr Physiol Journal
Vol. 3 (2): 849-915.
Majumder,
Newton. Physiology of Respiration. Journal
of Sports and Physical Education Vol. 2 (3): 17-17.
Setiadi. 2007.Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar